Aku Tanpa Dirimu *part 2*


Kanzha yang merasa tidak beres dengan kesehatannya,memeriksakan diri ke klinik dekat rumahnya, “bagaimana dok keadaan saya?” Tanya Kanzha setelah diperiksa “coba kamu tes urine ya di lab” ‘hah?tes urine?ada apa?kenapa harus tes urine?’ batin Kanzha langsung bergelonjak,hatinya mulai tidak tenang,setelah tes urine Kanza di minta untuk menunggu hasilnya.”Nyonya Kanzha” seketika lamunan Kanzha di ruang tunggu terpecah mendengar namanya di panggil,ia pun masuk ruang dokter,ketika memasuki ruang dokter,ia melihat dokter itu tersenyum padanya,tapi senyuman itu malah mambuat Kanza semakin deg degan “selamat ya ibu,kandungan ibu sudah berumur 2 bulan,janinnya sehat bu,tolong dijaga baik baik ya,banyak banyak istirahat” ucap Dokter yang memeriksa hasil lab nya.
 Kanzha pun tersontak kaget mendengar kalimat Dokter barusan ‘apaaaaaaaa?kandungan?aku mengandung?aku menyimpan beban bernyawa dalam rahimku?’ jeritnya dalam hati.
Sepulangnya dari rumah ia berusaha menghubungi Rofi.tapi tidak ada jawaban darinya. Sesuatu yang ia takuti,sesuatu yang ingin ia hidari benar benar terjadi saat ini,kini hubungan mereka renggang, sangat renggang Rofi terlalu menyibukkan diri.disaat Kanzha tau perutnya benar berisi gumpalan darah yang hidup,Kanza stresss ia ingin bunuh diri tapi ia menyayangi janin dalam perutnya.ada rasa ingin memeluk Rofi,ingin bersamanya, tapi Rofi belum siap.begitu pula sebenarnya yang Kanzha rasakan tapi apapun itu Kanza telah yakin untuk mempertahankan kandungannya “meski tanpa ayah,kamu tetap harus hidup ya” ucap Kanza seketika, yang mendapati Rofi tidak dapat dihubungi.
Rofi sepertinya tahu apa yang telah terjadi,tapi ia tetap tidak mau keluar,ia tetap tidak siap,dan ia mengcap dirinya sebagai seorang “PECUNDANG” “aku belum siap sayang,aku belum siap,aku belum siap ….” Teriak batinnya.
Seminggu dari hari pemeriksaannya Rofi masih belum bisa dihubungi,Rofi tetap menjadi “pecundang” untuk dirinya sendiri,hal itu pula yang membuat Kanza memutuskan untuk mengambil semua tabungan yang ada,lalu pergi ke kampung halamannya,Bandung,ke rumah masa kecilnya meski kini kosong tak ada yang menempati.ia merasa kampungnya lebih baik dari pada ia harus berada di sini melihat wajah ibunya yang tak lagi muda.
‘Kita harus pergi nak’ ucap Kanzha sambil mengusap perutnya,malam itu,tekad Kanzha sudah bulat ia akan pergi,ia pergi ke Bandung dengan mobil pribadinya,ibunya tahu ia pergi tapi tidak tau kalau ia akan pergi kebandung untuk jangka waktu yang lebih lama.
                                                                                ***
Bulanan berlalu ini adalah tanggal perkiraan dokter anak dalam kandungan Kanza akan lahir,segala macam perasaan bercampur aduk di dalam pikirannya dan perasaannya.batinnya  pun berkata “anak ini akan ikut meramainkan dunia,akan bertarung sesuai jalan hidupnya,aku mencintai dia,melebihi cintaku pada ayahnya.kamu harus menjadi anak yang tangguh ya nak.kamu harus kuat,meskipun banyak yang akan menciburmu nanti seperti ibu disini” seketika itu pula perutnya mulas,tak tahan,ia yang sedang di rumah pun langsung menelfon taksi untuk minta diantar kerumah sakit
Sesampainya di rumah sakit ia langsung dibawa ke unit gawat darurat untuk proses kelahirannya. ia bertahan seorang diri,tanpa suami,tanpa keluarga yang menemaninya.ia menangis ketika akan melahirkan anak yang ia pertahankan,anak yang sesungguhnya tidak pernah ia ingiinkan hadir lebih awal,tidak pernah ia pikirkan bagaimana ketika anak itu lahir tanpa suara ADZAN di telinganya,tapi Kanzha berusaha tegar,tegar,dan sangat tegar. Detik detik itu pun semakin mendekat,kebimbangan dan perjuangan seorang ibu kini ia rasakan,ia menangis melihat bayanganwajah ibunya hadir di ruangan itu,ayahnya,adik dan kakanya,dan juga Rofi,Rofi,aku akan melahirkan anakmuu,dan dilema itu pun mulai terasa antara hidup dan mati kina Kanzha rasakan.demi janin yang telah tumbuh besar ia akan memperjuangkan hidupnya.
“eeea…eeea…eaaa” suara itu membuat setiap ibu manapun merinding,termasuk Kanzha “selamat ya bu”  ucap seorang dokter yang menyelamatkan Kanzha dan anaknya.Kanza bahagia sekali saat itu,ia merasakan apa yang pernah  ibunya rasakan.
Rofi Junior adalah nama yang Kanzha pilih untuk buah hati tercintanya.


*15 tahun kemudian*

Kanza yang semakin lupa dengan kekecewaannya pada  Rofi. kini telah bahagia melihat anaknya beranjak dewasa,anaknya tumbuh besar dan pintar, ‘seperti ayahnya’ pikirnya.
seketika itu pula air mata kanza jatuh ketika anaknya dengan polos bertanya “ibu,yah mana sih bu?kok ga pulang pulang?Rofi kan ingin ketemu ayah,ingin melihat ayah,kata temen temen Rofi Jakarta kan ga jauh jauh banget bu,kenapa ga pulang pulang?apa ibu lupa ngasih tau alamat baru kita?” sejenak Kanzha terdiam, “bagaimana bisa aku bertemu lagi dengannya setelah ia melakukan semua,bagaimana mungkin aku kuat melihatnya sedang aku merasa ngebatin,bagaimana mungkin ia percaya bahwa dia punya anak dari aku,dan bagaimana pula ia bisa percaya aku banting tulang untuk menghidupi anaknya?” semua pertanyaan itu terlontar dipikirannya dan terus berputar. “ibu” panggil anaknya ketika melihat sang ibu bengong “ehhhemm iya sayang ia nanti ayah pulang kok,pasti ayah juga ingin bertemu sama kamu,kamu sabar aja” , “ibu tau alamat rumah ayah dijakarta?atau kantor ayah di Jakarta?” , Kanzha tidak dapat menjawab pertanyaan anaknya,ia memeluk Rofi dan menangis “iya saying ibu tau,ibu tau.kamu mau ke Jakarta?kita pulang sekarang ya,pulang ke Jakarta,pulang ke ayahmu” ucap Kanza dengan menangis tersendu sendu.
Sore ini Kanza memutuskan untuk menunda kepergiannyya ke Jakarta dengan alasan tidak enak badan kepada anaknya.tapi sebenarnya badannya baik baik saja hanya jiwanya yang belum siap. “bagaimana mungkin aku bias melihatnya dengan wanita lain?dia pasti sudah bersama wanita lain disana,dia pasti sudah mempunyai buah hati juga disana,bagaimana bias aku memperkealkan anak yang tidak pernah ia inginkan di depan istrinya,bagaimana nanti perasaan anakku ketika melihat ayahnya bersama yang lain?” pertanyaan itu selalu membuatnya bimbang.pertanyaan tanpa jawab.
                                                                                ***
Sama seperti Kanza yang tengah bimbang,Rofi pun merasa rindu yang menggebu pada Kanza,15 tahun sudah Kanza tidak ada kabar,15 tahun sudqah ia tidak bertemu dengan Kanza dan 15 tahun juga pertanyaan itu masih belum terjawab.’apa benar di perut itu ada nyawa’ ia masih terus berfikir sanmbil berjalannya waktu. “Kanza kamu dimana sekarang,semua mencari kamu disini,aku ibu,juga keluarga kamu,kamu dimana saying?apa kamu baik baik aja?apa kamu bener bener benci sama aku?aku memang bukan cowok yang baik.tapi aku saying sama kamu.pulang sayang pulang” ucap

Komentar

Postingan Populer